KBB, KJ – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Bandung Barat, menghadirkan eks terorisme William Maksum dalam acara Sosialisasi Pencegahan Radikalisme dan Terorisme pada ASN KBB di Ballroom Lantai 4 Gedung B, Rabu (30/3/2022).
Kehadiran pria yang pernah dipenjara selama 8 tahun tersebut cukup menarik perhatian peserta sosialisasi.
William bercerita tentang masa-masa kelamnya, hingga menyadari kekeliruannya saat itu.
“Hikmah yang bisa saya ambil, pertama dalam suatu pemahaman itu kita tidak cukup dengan satu pemahaman. Kita perlu membaca referensi tentang suatu masalah dari berbagai macam pemahaman,” ujarnya.
Jika wawasan luas, lanjutnya, maka pandangan terhadap sebuah permasalahanpun tidak sempit. Selain itu, orang tidak akan fanatik dengan sebuah pemahaman.
William mengaku, pasca hijrah bisa lebih menghargai orang lain.
“Kita tahu ketika kita melakukan suatu aksi yang menyebabkan suatu nyawa menghilang, yang dirasakan oleh korban kitapun sama seperti yang dirasakan teman-teman kita yang meninggal juga,” katanya.
William mengambil hikmah dengan aksinya yang keliru tersebut agar harus lebih berhati-hati dalam menyikapi sesuatu dari sudut pandang secara meluas.
“Berguru agama ke ahlinya. Kemudian, ketika ada pemahaman yang berbeda, coba diskusikan dengan yang lebih paham. Jangan langsung ditelan mentah-mentah,” ujar William.
Kepala Kesbangpol KBB, Suryaman mengatakan, kehadiran William di acara sosialisasi tersebut diharapkan bisa memberikan wawasan terkait bahaya terorisme pada masyarakat.
Terutama pada ASN KBB, yang tidak menutup kemungkinan bisa terpengaruh dengan adanya faham-faham radikalisme. “Paling tidak, para ASN bisa membantu memberikan pemahaman pada masyarakat di sekitarnya, agar tidak mudah terpengaruh dengan isu-isu yang menyesatkan,” ujarnya.
Perwakilan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Kompol Satori yang menjadi nara sumber pada sosialisasi tersebut menyatakan faham radikal tersebut tidak akan berhenti sepanjang mereka itu mempunyai niat untuk menjadikan negara ini menjadi negara Islam. Sepanjang belum terwujud, aksi mereka akan terus berlanjut dan bahkan ada regenerasi.
Munculnya aksi terorisme tersebut, lebih disebabkan adanya pemahaman yang salah. Kemudian masuk ke pergaulan yang salah pula, sehingga ia meminta agar masyarakat berhati-hati dalam menyikapi isu-isu yang menyesatkan ucapnya
“Bagi kami seandainya ada kelompok masyarakat yang seperti itu, kami melibatkan beberapa stackeholder untuk sama-sama mendeteksi terhadap adanya faham seperti itu,” katanya.
Waka Polres Kompol Niko Nuralloh Adiputra menyebutkan, pintu masuk atau gerbang masuk yang mengarah ke radikalisme maupun terorisme adalah intoleransi.
Intoleransi adalah perbedaan antara dua pendapat, dari perbedaan tersebut akhirnya masuk pemahaman pemahaman karena seseorang itu mencari jawaban atau jati diri.
“Pemahaman itu akhirnya disusupkan menjadi dokrinisasi yang bisa mengarah terhadap radikalisme,” jelasnya.
Disinggung tentang daerah rawan terorisme di wilayah KBB, Niko mengatakan semua daerah bisa menjadi potensi penyebaran pemahaman radikalisme.
“Jadi seluruh tempat sebetulnya bisa. Tapi tentunya kita bersama stackeholder terkait. Kita saling menjaga dan pengawasan terhadap diri kita maupun komunitas kita,” ujarnya. (Ajat Munajat)