BANDUNG, KJ – Ingin bernostalgia tentang Kota Bandung yang berkabut? Anda bisa mengunjungi Taman Puspa Kandaga yang terletak di Jalan Citarum.
Di salah satu kolam retensi yang ada di kawasan Taman Puspa Kandaga, Anda bisa menikmati suasana berkabut Kota Bandung seperti tempo dulu.
Untuk menikmati kolam bekabut ini, Anda harus bersabar hingga menunggu pandemi Covid-19 berakhir. Saat ini Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung masih menutup fasilitas publik selama pandemi.
Di kolam kabut ini, Pemkot Bandung mengoptimalisasinya dengan menambahkan kabut dan instalasi saringan. Hal itu untuk menjadikan air yang masuk ke kolam menjadi lebih jernih.
Kabut yang dihasilkan bukan hanya serupa asap, namun juga diberikan relaksasi. Tenang saja, kabut yang dibuat bukan hasil proses kimia tapi menggunakan pendekatan proses fisika melalui mist technology.
Kabut ini dibuat dengan memanfaatkan pompa bertekanan tinggi untuk menekan air melalui nozzle berdiameter nano. Sehingga menghasilkan butiran sangat kecil. Air yang digunakan berasal dari air tanah yang diambil langsung secara terpisah dari aliran sungai, guna memastikan keamananya.
“Saya harap bisa memberikan manfaat untuk warga Kota Bandung minimal fungsi kolam retensi ini yang pertama. Sehingga insyaallah bisa meminimalisir banjir di hilir,” ucap Wali Kota Bandung, Oded M. Danial didampingi Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna usai meresmikan kolam kabut di Taman Puspa Kandaga, Jalan Citarum, Selasa (22/12/2020).
Kendati sudah diresmikan, Oded menegaskan, area kolam berkabut ini masih belum diperkenankan untuk diakses masyarakat. Pemkot Bandung masih menutup sejumlah fasilitas ruang publik terkait level kewaspadaan Covid-19 di Kota Bandung masih berada di zona merah.
Namun, sambung Oded, penutupan ruang publik ini sekaligus menjadi peluang bagi Pemkot Bandung agar bisa dioptimalkan untuk melakukan penataan. Sehingga ketika pandemi Covid-19 sudah mereda, fasilitas ruang publik menjadi lebih nyaman diakses oleh masyarakat.
“Tapi ke depan kalau sudah covid selesai ini bagian dari upaya kita membuat ruang publik lebih banyak,” ujarnya.
Oded mengungkapkan optimalisasi keberadaan kolam retensi menjadi bagian dari upaya Pemkot Bandung untuk mengatasi masalah banjir. Diakuinya, semangat pembuatan kolam retensi juga terinspirasi dari kondisi pada zaman dahulu ketika di Kota Bandung masih terdapat banyak danau untuk menampung air.
“Kolam retensi ini jangan berpikir parsial. Atinya kolam retenai itu mengembalikan ketika zaman dulu di Kota Bandung banyak danau. Ketika sekarang danau itu sudah jadi hunian. Kita mencoba mengembalikan walaupun kecil tapi kalau diperbanyak mulai dari yang kecil seperti ini sampai yang besar,” terangnya.
Oded memastikan, Pemkot Bandung akan terus menata kolam retensi dan aliran sungai. Sebelumnya Pemkot Bandung juga telah menata beberapa sungai seperti di Cafe Walungan Pagarsih, Serlok Bantaran dan lokasi lainnya.
“Saya minta agar semua sungai diinventarisir. Mana dulu yang memungkinkan diprioritaskan. Jadi insyaallah akan diperbanyak,” Oded menambahkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, Didi Ruswandi mengklaim keberadaan kolam berkabut ini merupakan yang pertama di Indonesia. Terlebih dibuat sebagai optimalisasi fungsi kolam retensi sebagai pengendalian sementara air di aliran saluran Sungai Cikapayang ini.
Lubang-lubang kecil mengelilingi tepian kolam dengan luas sekitar 1.500 meter persegi. Kolam lainnya yang luasannya lebih kecil belum dipasangi kabut namun menampung aliran air yang lebih jernih karena sudah tersaring.
“Sekarang tambah penguatan fungsi sosial, bedanya ini penguatan ada kabut air. Kalau bagi orang tua Bandung bisa bernostalgia ketika Bandung masih berkabut,” kata Didi kepada Humas Kota Bandung. (*)