GARUT KJ – Anggota MPR RI, Haerudin, S.Ag. MH kembali menggelar sosialisasi konstitusi atau empat pilar negara di Pondok Pesantren Persis Pameungpeuk Kabupaten Garut, Senin (20/02).
Pada kesempatan itu, Haerudin menegaskan penting hukumnya bagi santriwan dan santriwati Persatuan Islam (Persis) memahami wawasan kenegaraan agar tidak buta sejarah. Sebab secara histori, sambungnya, keberadaan santri serta umat Islam berperan besar serta ikut andil dalam membangun dan mempersatukan NKRI.
Selain itu, lanjut anggota Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Dapil Jabar XI ini, bagi santri sangat wajar bila mereferensikan pemahaman bernegaranya melihat pada sepak terjang Mohammad Natsir sebagai tokoh besar ulama Persis yang juga politisi dalam memperjuangkan keutuhan NKRI.
Dipaparkannya, karir politik Mohammad Natsir dimulai ketika pada tanggal 5 April 1950, saat itu Natsir mengajukan mosi intergral dalam sidang pleno parlemen, dimana mosi ini berhasil memulihkan keutuhan bangsa Indonesia dalam Negara Kesatuan RI (NKRI).
“Karena prestasi inilah Natsir kemudian diangkat menjadi perdana menteri oleh Bung Karno saat itu. Presiden RI ini menganggap Natsir mempunyai konsep untuk menyelamatkan Republik melalui konstitusi,” terangnya.
Sosok Mohammad Natsir menurutnya telah mempelajari islam terlebih dahulu di Sumatera Barat, namun ketika berada di Bandung, Natsir lebih mendalami ketertarikannya pada agama, termasuk subjek seperti interpretasi Al Quran, ilmu hukum islam dan dialektika. Mohammad Natsir kemudian belajar dengan Ahmad Hassan, seorang pemimpin dari Persatuan Islam (Persis).
Maka itu, dihadapan 150 santri yang hadir, Haerudin mengharapkan agar santri dan umat Islam paham tentang sejarah serta wawasan berbangsa dan bernegara agar tidak menjadi tamu di negerinya sendiri, dan membiarkan orang-orang kontra Islam yang menguasai negeri ini.
Senada yang diungkapkan Ketua Pimpinan Cabang Persis Pameungpeuk, Ustadz Yana bahwa santri adalah bagian dari generasi pelanjut yang sudah seharusnya memahami arti dari berbangsa dan bernegara termasuk sejarah keberlangsungan NKRI dari masa ke masa secara utuh.
Diakhir acara, Haerudin kemudian membagikan ratusan buku empat pilar konstitusi sebagai pedoman berbangsa dan bernegara bagi masyarakat, salah satunya diberikan secara simbolis kepada salah seorang santri. (AS/Doy)