Cerita di Balik Juara Lomba Video, Pantun, dan Foto HJKB

Bandung Raya

BANDUNG, KJ – Gelaran lomba video, pantun, dan foto khusus kewilayahan dalam rangka Hari Jadi ke-210 Kota Bandung (HJKB) yang digelar Baguan Humas Kota Bandung telah usai. Beragam cerita unik terselip dari para pemenang.

Seperti dari juara kategori lomba video, yakni komunitas Bobodoran Kepuh asal Kelurahan Cigending, Kecamatan Ujungberung. Mereka membuat tayangan video tentang kekompakan dan ketangguhan warga Kota Bandung saat melawan Covid-19 yang dikemas dengan nuansa komedi.

“Kita berpikir kayanya pasti yang ikut banyaknya edukasi yang serius. Tapi kita ingin tampilkan dalam bentuk komedi dengan ada edukasinya,” kata Tugiwa, salah seorang perwakilan Bobodoran Kepuh.

“Orang Bandung itu tak lepas dari komedi, jadi ya bikin saja tapi ada edukasinya,” imbuhnya.

Menurut Tugiwa hambatan pembuatan video ini justru ketika memberi warna pada pemeran sosok yang seolah menggambarkan Covid-19. Yakni tampak seseorang menggunakan tutup kepala yang sudah direkayasa dengan diberi warna jingga pada seluruh badannya.

“Jadi pas mewarnai virus corona itu yang lama. Cerita dan properti itu kita buat dadakan. Ya pokoknya senatural mungkin sampai hasilnya kaya gitu,” jelasnya.

Selain itu, ada komunitas Pemuda Pemudi Cipaku (Papici) yang berhasil ‘ngerjain’ Lurah Kelurahan Ledeng, Budi Prasetio dalam pembuatan videonya. Budi rela ikut datang menggunakan pakaian dinas lengkap seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), padahal ketika pengambilan gambar dilakukan saat libur di akhir pekan.

“Saya kan warga biasa tapi kita coba kontak Pak Lurah kalau kita mau ikut lomba video. Katanya bapak siap datang, dan itu hari sabtu. Tapi bapak datang pake seragam dinas lengkap. Itu padahal hari libur,” ujar Rhyma Permatasari.

Rhyma mengaku mengemas video berkonsep serius. Bahkan pada saat pembacaan narasi juga sengaja menggunakan Bahasa Inggris yang dibawakan oleh anak-anak.

Meskipun sebenarnya anak yang membawakan narasi video bahkan tidak fasih dalam berbahasa Inggris. Namun, anak tersebut sangat gigih agar bisa membawakan narasi secara baik guna mengiringi gambar yang ditayangkan.

“Buat suaranya itu kita ambil sampai dua hari. Di hari kedua itu merekam suaranya pukul 01.00 WIB. Karena asumsinya kita ingin nunjukin kalau karya kita dan Kota Bandung ini layak diakui di internasional, tapi tidak menghilangkan budaya tradiosional. Filosofinya jadi kualitas diri dan kepedulian ini kita bentuk sejak anak-anak,” bebernya.

Video Papici ini berisikan sejumlah potensi wilayah yang selama ini masih belum terekspos secara maksimal. Kemudian beragam kearifan lokal di sekitar kawasan Cipaku, Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap yang direkam secara natural.

“Semuanya apa adanya aja, ada yang berkebun, nangkap ikan, jualan surabi, jualan sayur itu semuanya ya memang seperti itu aktivitasnya. Bukan karena kita seting buat video ini,” ungkapnya.

Pemenang lainnya yaitu, Alfariezky Excellentzio Adriano, bocah berusia 8 tahun yang berhasil menjadi juara favorit. Siswa kelas 2 SDN 037 Sabang tersebut menampilkan pembacaan puisi yang ia buat sendiri bersama sang ibu.

“Puisinya tentang keadaan Bandung. Ada pandemi Covid-19 jadi harus bersama-sama agar terhenti. Sekarang jadi mau lagi terus ikut lomba juga, sebelumnya memang sudah seneng bercerita,” kata Alfa.

Lain lagi dengan Aisyah Andiani Putri, siswi kelas VIII SMPN 1 Bandung yang berhasil menjadi juara dalam lomba membuat pantun. Remaja berusia 14 tahun ini sudah hobi membuat pantun sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar dan kerap mengikuti berbagai perlombaan.

“Sejak SD suka bikin pantun dan cerpen. Kalau dikumpulkan, sepertinya sampai ratusan. Jadi kalau ada yang bagus dan sudah puas buatnya disimpan di HP (telepon selular) atau ditulis tangan. Temanya paling tentang sekolah atau lingkungan,” ungkap Aisyah. (AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *