GARUT KJ – Pancasila merupakan kontrak kebangsaan. Sebab proses perumusan Pancasila beragam suku agama beragam budaya. Tak hanya itu, kesepahaman yang dituangkan dalam rumusan adalah gentlemen agreement yakni kesepakatan yang mengikat.
Demikian disampaikan Anggota MPR RI Haerudin, S.Ag., MH saat acara sosialisasi empat pilar kebangsaan MPR RI di Yayasan Asy Syafi’iyah Almunawar Kampung Cibuntu Desa Saribakti Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut, Selasa (15/3/2021).
“Setiap warga bangsa terikat oleh kesepahaman dan kesepakatan yang dirumuskan dalam panitia ad hoc dalam hal ini tim sembilan,” urai anggota Komisi IV Fraksi PAN.
Begitu pula, sambungnya, keberadaan negara terjadi karena banyak hal. Ia memandang negara ada karena landasan konstitusional, negara juga ada karena ada bangsa, negara ada karena ada kesepakatan bangsa, negara ada karena kesepakatan politik juga negara ada karena kedaulatannya diakui berbagai pihak.
“Keberadaan negara tidak dapat dipisahkan dari berbagai proses dan peristiwa didalamnya. Termasuk rumusan kesepahaman dan kesepakatan yang mengikat,” terang Haerudin yang telah berganti nama menjadi Muhammad Hoerudin Amin atas penetapan dan putusan majlis hakim Pengadilan Negeri Bale Bandung.
Dihadapan peserta pun, legislator yang terpilih dari daerah pemilihan Jabar XI meliputi Kabupaten Garut, Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya ini menjelaskan bahwa Negara Indonesia yang berideologi Pancasila merupakan sebuah negara hasil konsensus.
“Pancasila adalah Dar asy- Syahadah yaitu sebuah negara hasil kesepakatan atau konsensus dan tempat kesaksian memberikan yang terbaik untuk Indonesia, sehingga terwujud negara yang Baldhatun Thoiyibathun Wa Rabbun Ghafur,” paparnya.
Konsensus itulah, lanjutnya yang akan mendorong bangsa Indonesia menuju bangsa yang aman dan damai, adil, makmur, bermartabat dengan ridha Allah SWT.
Negara Pancasila sebagai Dar asy- Syahadah tersebut menjadi tempat pembuktian bagi seluruh umat, bahwa Indonesia dapat maju dan berkembang, berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Umat Islam perlu terpanggil dalam bingkai berlomba-lomba dalam kebajikan.
Sebab dirinya menilai spirit itulah yang akan menjadikan bangsa ini mempunyai visi dan misi yang jelas. Begitu juga melalui visi dan misi itu bangsa Indonesia dapat bersaing dengan berbagai produk inovasi yang dibutuhkan umat. (AS)