Oleh: Daddy Rohanady*
Setahun lebih pandemi melanda negeri ini. Setiap hari berita nestapa tiada henti. Ramainya pemberitaan menjadikan covid-19 bagai hantu yang membuat ngeri. Meskipun begitu, masih banyak yang tidak mempercayai keberadaannya. Memang covid-19 tidak kasat mata, tetapi nyatanya korban terus berjatuhan.
Banyak pihak mencurigai bahwa ini masalah bisnis. Pandemi seolah dijadikan ladang bisnis untuk berjualan obat dan vaksin. Memang tidak bisa dipungkiri, pandemi telah menyedot banyak amunisi. Tidak terkira banyaknya uang digelontorkan untuk menangani penyakit yang semula diduga berasal dari Wuhan-Cina tersebut.
Masalahnya, masih banyak yang tidak taat protokol kesehatan.Lebih parahnya lagi, ketika diberlakukan berbagai pembatasan, mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai akhirnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat sekalipun, masih banyak anggota masyarakat yang tidak peduli.
Sampai kapan cobaan bangsa ini akan terhenti, tak ada yang tahu pasti. Namun, ikhtiar harus dilakukan di semua lini. Kita semua berharap perbaikan segera terjadi. Tidak seorang pun ingin terus dalam kondisi seperti ini.
Oleh karena itu, marilah semua masing-masing menjaga diri.Dalam kondisi seperti ini sangat dibutuhkan penggunaan akal sehat. Jangan sampai kita terpengaruh pikiran-pikiran sesat. Jangan sampai kita menyesal setelah datangnya sekarat.
Bukankah sehat menjadi terasa sangat berharga ketika sakit? Oleh karena itu, mencegah lebih baik daripada mengobati. Sekali lagi, marilah kita gunakan akal sehat agar pikiran dan tubuh kita senantiasa sehat walafiat.
Semoga saja pandemi yang melahirkan banyak duka nestapa pada banyak keluarga ini segera sirna. Terlalu lama bangsa ini tenggelam dalam duka. Kasihan keluarga yang tulang punggungnya terkena PHK.
Bahkan setelah itu mereka tak bisa lagi ke mana-mana. Padahal, perut anak-anaknya sudah menganga. Oh Tuhan, kasihanilah mereka. Kasihanilah kami semua. Segerakan angkat segala derita nestapa. Jangan desak kami ke tepi jurang putus asa hingga tak tahu lagi mara bahaya.
*Penulis: Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat