BANDUNG, KJ – Kota Bandung pecah! Ribuan orang membanjiri sepanjang Jalan Asia Afrika, 29 Juli kemarin. Masyarakat Kota Bandung seolah haus dengan gelaran besar Asia Africa Festival (AAF) yang sudah tiga tahun hiatus karena pandemi Covid-19.
Sesaat setelah keriuhan menyelimuti Jalan Asia Afrika, perlahan pulang satu per satu ke rumah, meninggalkan keheningan dan sisa-sisa kemeriahan.
Di situlah, 38 sosok petugas kebersihan datang untuk mempercantik kembali wajah Kota Bandung. Sejak bakda Magrib, mereka mulai menyapu sudut-sudut kota. Memunguti satu per satu sampah yang berserakan mulai dari Jalan Asia Afrika, Soekarno, Braga, Naripan, daerah Alun-alun.
Kepala UPTD Pengelolaan Sampah Kota Bandung, R. Ramdani menjelaskan, sampah yang dihasilkan dari acara AAF kemarin sebanyak 11 meter kubik atau sekitar 5-6 ton.
“Fasilitas yang diturunkan ada 1 mobil pick up, 1 motor sampah, beberapa troli ukuran 120 liter. Setelah dikumpulkan dan diangkut motor sampah, lalu dimasukkan ke truk besar yang akan dibawa ke TPA. Kita cuma pakai 1 truk saja yang kapasitasnya 12 meter kubik,” jelas Ramdani saat ditemui di kantornya, Selasa 1 Agustus 2023.
Para petugas yang diturunkan berasal dari sub wilayah kota (SWK) Cibeunying dan Karees. Ada 3 sif yang diterjunkan, khususnya pada jam malam, para petugas diposisikan juga untuk membersihkan daerah Asia Afrika dan sekitarnya.
“Apalagi ini weekend juga ya, jadi harus lebih siap membersihkan di daerah sana dengan ekstra,” ucapnya.
Ia menyebutkan, jenis sampah yang paling banyak dihasilkan sebenarnya hampir sama antara sampah organik dan anorganik. Namun, secara jumlah lebih banyak sampah anorganik.
“Tapi kalau secara tonase itu lebih banyak organik. Sampah high value (anorganik) sudah otomatis ada yang ambil. Sampah residu kita buang ke TPA. Sampah organik diolah di Babakan Sari,” ujarnya.
Ramdani berharap, ke depannya acara-acara besar di Kota Bandung bisa lebih ramah lingkungan. Bukan hanya mengadakan acara yang bagus dengan bintang tamu besar. Namun, juga harus bisa menggiring para peserta atau penontonnya untuk bisa memilah sampah.
“Kalau EO (event organizer) bisa memisahkan sampah-sampah, ini sangat memudahkan pekerjaan petugas kebersihan dan menjaga kebersihan Kota Bandung,” ungkapnya.
Ia mengatakan, kampanye mengenai event ramah lingkungan bisa dimulai dari komunitas-komunitas hobi, konser musik, atau acara keagamaan. Para EO dan pengisi acara bisa ikut mengampanyekan agar peserta atau penonton ikut menjaga kebersihan lokasi acara.
“Ketika artisnya ngomong ‘Yuk, pilah sampah’, itu sudah sangat berpengaruh. Atau bisa juga jadikan sampah ini sebagai tiket masuk. Kalau mau masuk event, harus buang sampah sesuai dengan jenisnya,” lanjut Ramdani.
Sebab menurutnya, jika pemerintah masuk ke acara-acara seperti itu lalu melakukan sosialisasi, sudah bukan masanya lagi. Mungkin yang dengar hanya satu dua orang.
Namun, kalau para peserta atau penonton digerakkan oleh idolanya atau komunitasnya, hal tersebut pasti lebih cepat dilakukan dan banyak yang langsung bergerak.
“Minimal pisahkan jadi tiga jenis saja, yakni organik, anorganik, dan residu sudah terpilah semuanya. Kalau mau ikut acara kami, sisa sampahnya harus dikondisikan,” usulnya.
Sebab, ia menambahkan, sampah yang dihasilkan dan dibuang ke TPA itu berbayar. Sehingga jika bisa mengurangi sampah residu ke TPA, lebih dari 50 persen kita menghemat pengeluaran untuk sampah sambil menjaga lingkungan.
“Ini sangat memungkinkan. Saya yakin jika para EO, pengisi acara, artis, tokoh ikut bergerak membantu kami sosialisasi tentang event ramah lingkungan, sampah yang dibuang ke TPA pasca event pasti akan berkurang drastis,” imbuhnya.
Sementara itu, salah satu petugas kebersihan lyan Sopiandi mengatakan, meski ia tak menikmati AAF seperti masyarakat lainnya, tapi ia tetap senang bisa menjadi bagian dari tim kebersihan dalam acara sebesar AAF 2023.
“Kita bangga, bisa menjaga kebersihan di Kota Bandung ini, terkhusus untuk acara ini,” kata Iya .
Ia berharap, kehadiran dirinya dan petugas kebersihan lainnya bisa memastikan pengunjung menikmati Kota Bandung dengan nyaman.
“Kita setiap saat keliling ambil sampah-sampah kecil kayak bekas botol, plastik bekas makanan,” tuturnya. (din)