CIREBON, KJ – Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Daddy Rohanady menggelar “Parlemen dalam Sketsa Kebangsaan”. Acara tersebut digelar di sebuah kafe di Kota Cirebon pada hari Minggu, 4 Desember 2022. Pesertanya adalah para tokoh organisasi keagamaan Cirebon.
Menurut Wakil Ketua Fraksi Gerindra-Persatuan itu, setiap organisasi pasti didirikan dengan tujuan mulia. Para pendirinya pasti berpikir tentang nilai-nilai ideal dalam berbangsa dan bernegara.
Masalahnya adalah pada tataran implementasi terkadang ada deviasi dari tujuan mulia itu. Dalam kondisi seperti itu, peran pemimpin sangatlah diperlukan untuk mengarahkan ke mana organisasi itu berjalan.
Penulis buku Kertajati Sajak-sajak Pembangunan dan Antara Perut dan Maut Sajak-sajak Perjuangan itu menyatakan, bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang berani, adil, dan bijaksana. Dengan demikian bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar dan disegani bangsa lain.
Pelajaran dalam sebuah kelompok kecil dan peran serta masing-masing anggotanya diharapkan untuk kemudian memberi kontribusi riil pada kelopok tersebut. Dari sana kemudian anggotanya akan mengembangkan diri dan berkontribusi bagi masyarakat di lingkungannya masing-masing.
Masing-masing organisasi biasanya memiliki tahapan pelatihan atau pengkaderan. Muatan pelatihan juga berbeda sesuai tingkatannya. Kian naik tingkatannya, kian berat dan tajam materi yang diberikan. Dengan demikian para kader diberi pembekalan yang pasti sangat bermanfaat untuk masa depannya. Mengapa demikian?
Para kader sebuah organisasi diharapkan menjadi penerus bangsa yang akan memimpin negeri ini. Bukankah pada dasarnya setiap kita adalah pemimpin. Beberapa di antaranya akan menjadi bagian elite bangsa ini yang –suka tidak suka dan mau tidak mau– menjadi penerima tongkat estafet elite bangsa.
Melihat semua itu, setiap organisasi diharapkan menyumbangkan calon-calon penerus bangsa dalam berbagai bidang. Mereka diharapkan menjadi generasi penerus yang mampu mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa (the founding fathers). Oleh karena itu, mereka harus memiliki rasatoleransi yang besar.
Untuk itu, menurut Daddy, mereka harus memiliki kemampuan yang berdaya saing tinggi. Mereka diharapkan mampu mewujudkan sebuah Indonesia Raya yang makmur, sejahtera, dan berkeadilan.
Daddy melanjutkan, mereka harus memahami betul Sketsa Kebangsaan (4 Pilar) negara ini. Mereka harus memiliki pemahaman yang paripurna mengenai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Keempat pilar bangsa tersebut akan membuat mereka memiliki pegangan yang kukuh dalam mengarungi kemajuan. Dengan demikian mereka tidak akan kehilangan arah meskipun dihadapkan pada berbagai situasi rumit,” tambah anggota DPRD dari daerah pemilihan Jabar XII itu.
Seluruh generasi bangsa ini harus memahami keempat pilar bangsa itu secara paripurna, sehingga keunggulan demografi tidak akan menjadi sia-sia. Masa atau era keemasan bangsa Indonesia pada tahun 2045 semestinya tidak hanya menjadikan Negara Republik Indonesia unggul sebatas kuantitas yang kerapkali cekcok satu sama lain.
Negara ini harus pula unggul dalam segi kualitas dan akur karena dilandasi rasa persaudaraan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Mereka harus memelihara persatuan dan kesatuan negeri ini.
“Di situlah semestinya semua organisasi kemasyarakatan mengambil perannya yang amat strategis. Setiap kader dari masing-masing organisasi bisa menjadi pelopor: motor, motivator, bahkan mentor di mana pun dia berada,” pungkas Daddy. (AS)