Yunandar: Belum Ada Program RK yang Bisa Diukur

Info Jabar

BANDUNG, KJ – Pekan kemarin, 5 September 2019, tepat setahun pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum menjabat sebagai gubernur terpilih Jawa Barat, meskipun dirayakan dengan disiarkan secara live di beberapa TV lokal, Anggota DPRD Jabar menilai belum ada program RK yang bisa diukur.

“Jadi belum ada yang bisa kita ukur, itu juga jadi problem untuk melakukan evaluasi.” Demikian dikatakan anggota fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Barat R. Yunandar Eka Perwira saat ditemui di ruang sementara Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jabar Jl. Diponegoro 27 Bandung, Jumat (6/9/2019).

“Saya tidak ingin terjebak nanti, ukuran keberhasilan itu adalah bukan serapan anggaran, jangan sampai kembali lagi ke sana, tetapi keberhasilan itu yang harus jelas ‘output, outcome’ dan benefitnya,” ujarnya.

Disebutkan anggota DPRD Jabar yang berangkat dari Daerah pemilihan Bandung Cimahi atau Jabar I ini, problem utama Gubernur Ridwan Kamil (Emil) sebetulnya adalah pengangguran, kemiskinan dan sumberdaya manusia (SDM).

“Progam-program yang ada di pak Ridwan kamil ini, sesungguhnya saya belum melihat ke arah sana,” kata R. Yunandar.

Lebih lanjut dikatakan Yunandar, untuk menjawab pertanyaan tersebut, harus jelas dahulu apa arti dari SDM dan apa indikator penilaiannya.

Bila SDM itu pendidikan, apakah sekarang ini sudah ada peningkatan kualitas dan kuantitas anggaran pendidikan. “terobosannya, belum kelihatan sekarang,” sambungnya.

Kalau penilaiannya berdasarkan kuantitas, anggaran Pendidikan di Jabar dari dahulu, sejak era Gubernur Ahmad Heryawan (Aher), sampai sekarang sudah tinggi.

“Yang namanya anggaran pendidikan, sudah sangat tinggilah. Walaupun sebagian besar adalah untuk belanja pegawai, karena kita sekarang ini punya limpahan sekitar 20 ribu lebih guru dari kabupaten kota,” katanya.

Soal problem pengangguran, Yunandar mengatakan, solusi pengangguran itu sesungguhnya apa? Apakah membuka lapangan kerja baru melalui investasi, atau membuka lapangan kerja baru dari kewirausahaan.

“Dulu, di zaman Pak Aher ada program yang namanya 100 ribu wirausaha baru, walaupun secara kualitas saya meragukan, tetapi kuantitas jelas 100 ribu. Nah sekarang apa yang bisa mendorong supaya lebih maju lagi,” kata dia.

Dijelaskan Yunandar. Katanya Ridwan Kamil membangun pusat pengembangan ekonomi kreatif. Itu belum ada anggarannya, baru ada di 2019 dan mungkin baru selesai di akhir 2019. Jadi belum bisa kita ukur, itu juga jadi problem untuk melakukan evaluasi.

“Saya tidak ingin terjebak nanti,karena ukuran keberhasilan itu bukan serapan anggaran, jangan sampai kembali lagi ke sana, tetapi ini harus jelas ‘output, outcome dan benefit,” tuntasnya. (AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *