BANDUNG, KJ – Bakal Calon (Bacalon) Walikota Bandung Sonny Salimi menilai penuntasan masalah yang terjadi di Kota Bandung tidak bisa dilakukan seperti membalikan telapak tangan.
Meski dirinya mengakui, hingga kini masih banyak sekelumit permasalahan yang terjadi di Kota Bandung, mulai soal ekonomi, sampah, banjir, jaminan kesehatan, kemacetan, ketersediaan air, pendidikan, stunting hingga kepadatan penduduk.
“Yang namanya masalah, menyelesaikannya tidak bisa dengan satu metode. Sangat berantung jenis masalahnya dan memerlukan proses,” ujar Sonny yang juga merupakan Direktur Utama Perumda (PDAM) Tirtawening Kota Bandung pada kegiatan diskusi bertajuk ‘Bebenah Bandung’ di UTC Hotel Jalan H. Juanda Kota Bandung Jabar Rabu (19/6/2024).
Menyoal permasalahan kepadatan penduduk di Kota Bandung pun dipandang Sonny tidak lagi berbicara tentang pembangunan horizontal tetapi harus vertikal.
“Hal-hal seperti ini juga harus didorong, sehingga perencanaan Kota Bandung itu bisa dilaksanakan dengan baik,” kata Sonny Salimi
Karenanya, Sonny menegaskan penyelesaian Pembangunan dan permasalahan di Kota Bandung perlu adanya kolaborasi agar menghasilkan skema pembiayaan kreatif (creative finishing) agar permasalahan di Kota Bandung bisa teratasi.
“Nah bagaimana kita bisa menghadirkan APBD yang cukup baik, bisa menghadirkan kolaborasi, bisa menghadirkan creative financing, sehingga dengan demikian semua bisa dijalankan satu ritme, kolaborasi, duitnya ada, regulasinya tersedia, tinggal money yang baik, selesai,” kata Sonny.
Menurutnya, membangun kota tidak bisa hanya dengan kurun waktu 5 tahun saja. Sebab banyak permasalahan kota yang harus diselesaikan. Berbicara cekungan Bandung, dirinya menyikapinya dengan mendorong agar adanya percepatan soal kesinambungan, serta sustainability sebagai bagian dari solusi permasalahan di kota Bandung.
“Bicara tentang kesinambungan, bicara tentang sustainability ini yang harus kita dorong dan harus kita percepat. Ini bicara tentang cekungan Bandung, bagaimana kita kolaborasi dengan kabupaten kota tetangga, ini bisa lebih maksimal lagi sehingga penataan ruang, penataan air bisa menjadi lebih baik lagi,” bebernya.
Bukan hanya itu, soal kepadatan, Sonny juga memandang rumah deret dan yang lainnya menjadi salah satu solusi untuk mengurangi persoalan itu.
“Ada rumah deret dan segala macam, itu kan salah satu solusinya. Tapi untuk menyelesaikan banyak persoalan yang hadir di Kota Bandung harus ada kolaborasi dan aturan, kalau memang belum tersedia aturannya kita buat,”ucapnya.
Namun, sambungnya, menyikapi hal tersebut Sonny memastikan tak hanya bisa diselesaikan dengan aturan ataupun perubahan perilaku tetapi harus dengan kebutuhan dana untuk membangun infrastruktur.
“Membangun infrastruktur kan tidak dengan regulasi, membangun infrastruktur harus dengan uang, nah bagaimana kita bisa menghadirkan APBD yang cukup baik, bisa menghadirkan kolaborasi, sehingga semua bisa dijalankan dalam satu ritme,” bebernya.
Selain itu, Sonny menjelaskan terkait permasalahan air minum, sampah, dan air limbah, dalam jangka tiga tahun ke depan pihaknya akan selesaikan.
“Bicara sampah sebetulnya dulu kan sudah ada PLTSA, sekarang ada Kang Pisman itu kan bisa dimaksimalkan,” imbuhnya.
Selain narasumber Dirut Perumda Tirtawening Kota Bandung Dr. H. Sonny Salimi, S.ST., M.T., acara Forum Discusion Group yang diselenggarakan Universitas Padjadjaran Bandung dan mengangkat tema Bebenah Bandung “Kampung Kota, Kesejahteraan dan Kepemimpinan Daerah Menuju Indonesia Emas 2045,” ini juga menghadirkan narasumber lainnya diantaranya Dosen Ilmu Politik Unpad yang juga Direktur Eksekutif Polsight, Dr. Yusa Djuyandi, S.IP., M.Si, , Anggota DPRD Kota Bandung H. Erwin, S.E., M.Pd. dan H. Anggota DPRD Kota Bandung Asep Mulyadi.
Pada kesempatan tersebut, Yusa berharap Walikota Bandung yang nanti terpilih perlu membenahi sejumlah hal krusial. Terlebih perbaikan dalam isu perekonomian hingga layanan publik di sektor Kesehatan dan Pendidikan harus masuk dalam prioritas program kerja.
Adapun menyinggung terkait sosok yang tepat untuk menjadi Walikota Bandung, Yusa menekankan pada pengalaman. Ia memilih tidak terlalu membahas latar belakang calon walikota yang nantinya maju dalam Pilkada.
“Baik itu politisi, akademisi, maupun profesional, menurut saya semua cocok asal punya pengalaman. Sehingga tahu bagaimana harus mengurus dan memenej masalah di Kota Bandung,” jelasnya.
Yusa juga menyoroti jumlah angkatan kerja harus diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja yang memadai. Artinya, jumlah pengangguran bagi masyarakat di usia produktif harus direduksi.
“Untuk masalah perekonomian, terutama terkait ketersediaan lapagan kerja. Hal ini yang harus segera diselesaikan oleh walikota Bandung terpillih nantinya,” terangnya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah menyediakan infrastruktur memadai sebagai penunjang. Tujuannya, agar masyarakat tidak khawatir dalam menggunakan fasilitas BPJS. Misalnya, Pemerintah Kota menambah kapasitas rumah sakit klinik dan puskesmas.
“Terlebih puskesmas kan merupakan ranah bagian Pemkot. Sedangkan untuk klinik, ya kita bisa bekerjasama untuk menambah pelayanan agar lebih bisa maksimal,” jelasnya.
Selain itu, yang menjadi perhatian adalah masalah pendidikan, dimana seharusnya tidak ada kekhawatiran orang tua ketika menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri, karena sistem zonasi.
“Bagaimana pemerintah bisa menyiapkan sarana, prasarana dan SDM, sehingga tidak ada lagi istilah sekolah favorit. Sehingga orang tua tidak khawatir menyekolahkan anaknya di satu sekolah tertentu,” paparnya. (*)