Target Quick Wins Agroforestry 5 Tahun ke Depan di DAS Citarum Seluas 84.173 Hektar Area

Advertorial

KAB. BANDUNG, (Kabarjabar.com) – Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum  menjadi perhatian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK)  Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc., hal itu berawal saat peninjauan langsung ke Situ Cisanti,  di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung pada 2014 silam.

MENHUT di GWAY dokSiti Nurbaya menilai, Situ Cisanti sebagai hulu Sungai Citarum yang merupakan sungai  strategis nasional yang harus mendapatkan penanganan cepat, tepat dan serius. Dari situlah kemudian para petani  Agroforestri di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat (KBB) mendapatkan bantuan untuk pengembangan program Quick Wins (QW) Agroforestry atau Wanatani melalui Balai Pengolahan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Wilayah Citarum-Ciliwung.

Adapun program QW Agroforestry (Wanatani) DAS  Citarum, pelaksanaannya berada di dua wilayah antara Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Bandung Barat (KBB). Khususnya  di Kabupaten Bandung  mulai dari Sub-DAS Cirasea, Sub-DAS Cisangkuy dan  Sub-DAS Ciwidey, sedang KBB difokuskan di Sub-DAS Ciminyak dan Cihaur.

Sementara berdasarkan hasil identifikasi BPDAS Wilayah Citarum-Ciliwung kondisi lahan pada DAS Citarum tahun 2013, jumlah lahan kritis pada DAS Citarum Hulu telah mencapai 76.959 hektar (20%) dari luas DAS Citarum dengan erosi sebesar 21,69 juta ton per tahun dan Run off (aliran air permukaan) 16,71 juta meter kubik per tahun.  Sedangkan menurut data Kementerian PU, luas pemukiman di DAS Citarum telah meningkat 115% dari 81.700 hektar menjadi 176.000 hektar pada satu dasawarsa terakhir.

Keberadaaan lahan kritis tersebut dan menurunnya tutupan lahan/ruang terbuka hijau, berdampak pada menurunnya fungsi dan daya dukung DAS Citarum, sebagai sistem pengatur tata air yang berpotensi menyebabkan masalah baru seperti banjir dan kekeringan. Untuk itu, melalui kegiatan QW Agroforestry (Wanatani) dipandang sangat efektif guna mengendalikan erosi, selain pula memperbaiki ekosistem hutan dan lingkungan yang rusak dengan percepatan rehabilitasi lahan dengan bangunan konservasi tanah berupa dam pengendali (DPi), dam Penahan (DPn), sumur resapan air (SRA) serta gully plug (GP).

Disamping bangunan tersebut, dilakukan juga upaya vegetative melalui kegiatan QW Agroforestry (Wanatani), antara lain salah satu pola pendekatan sosial ekonomi masyarakat dalam pengelolaan lahan dan penghijauan. Karena, perubahan penggunaan lahan, perlakuan terhadap lahan yang salah, menjadi salah satu faktor utama penyebab semakin besarnya lahan kritis, erosi lahan dan aliran permukaan.

IMG20171210170357Kegiatan agroforestri merupakan penanaman di luar kawasan hutan, dengan memadukan kegiatan pengelolaan hutan/lahan antara pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas tanaman jangka pendek atau semusim. Target kemudian dimulai pada tahun 2015, DAS Citarum untuk program QW Agroforestry seluas 5.500 Ha;  DPi (2 unit), DPn (150 unit), Gully plug (400 unit), dan SRA (2.100 unit). Sementara pada tahun berikutnya pada 2016 lebih kecil dibandingkan 2015 yang mencapai 5.500 ha. Sedangkan target kegiatan QW Agroforestry (wanatani) dalam lima tahun ke depan di DAS Citarum yang meliputi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat seluas 84.173 ha.

Kegiatan QW Agroforestry (wanatani) di kawasan DAS Citarum telah melibatkan sekitar 83 kelompok tani di Kabupaten Bandung maupun Kabupaten Bandung Barat.  Untuk anggaran, yang disalurkan ke petani untuk kegiatan agroforestri sebesar Rp9 juta hingga Rp.9,5 juta per hektar.

Program Quick Wins  Agroforestri sendiri diawali pada tahun 2015 yakni dengan pembuatan tanaman  serta dilanjutkan dengan tahap pemeliharaan pertama pada tahun 2016 dan kembali berlanjut pada tahap pemeliharaan tahun ke II di 2017.

dok3Dikatakan Pelaksana  Teknis Kegiatan Rehabilitas Hutan dan Lahan (RHL) Sub DAS Ciwidey, Utang Abdul Madjid, S.Hut., MM, untuk mencapai pemeliharaan ada beberapa syarat-syarat yang harus ditempuh, antara lain ada 2 faktor yakni faktor fisik tanaman, kemudian faktor kelembagaan. Menurutnya, kelompok harus mempertahankan fisik tanaman serta kelembagaannya. Kedua faktor tersebut harus berjalan sinergis, sebab dianalogikannya jika faktor kelembagaannya bagus tetapi secara fisik tanamannya kurang bagus maka program tidak mungkin bisa dilanjutkan. Begitu pula fisik tanamannya bagus tapi kelembagaanya tidak bagus hal yang sama maka tidak mungkin juga bisa dilanjutkan.

Lebih lanjut dia menjelaskan, untuk  mendapatkan dana pemeliharaan  para kelompok tani harus  memenuhi  persyaratan yang sudah ditentukan, minimal pertumbuhan tanaman baik tanaman kayu-kayuan tanaman buah-buahan minimal 70%. Sementara untuk menutupi 100% biaya pemeliharaan hanya 20% saja, adapun pelaksanaan diantaranya  pembasmian hama, penyulaman dan lainnya.

“Harapan kita swadaya masyarakat berjalan dalam kelembagaan yang sudah kuat itu, sehingga bisa terus berjalan mempertahankan program yang sudah dilaksanakan oleh lembaga yang ada. Dan mudah-mudahan program tersebut mencapai tujuan,” tuturnya.

Para kelompok tani agroforestry juga dituntut harus terus mengembangkan dan mengaktifkan kelembagaan antara lain  mengurus  program  yang sudah dilaksanakan, dengan tetap tidak mengabaikan dua faktor fisik tanaman dan kelembagaan sebab itu bagian tanggungjawab para kelompok karena sudah  difasilitasi pemerintah.

Dengan program QW Agroforestry, diharapkan dapat mempermudah serta menyambung silaturahmi, bisa saling mengingatkan atau melakukan edukasi serta sharing informasi baik antar anggota maupun antar kelompok. Sehingga pelaksanaan program itu  sesuai tujuan seperti kelestarian DAS terjaga, pengolahan tanah terjaga dan ekonomi masyarakat juga terjaga, serta tujuan utama dari program tersebut yakni bisa meminimalisir bencana longsor dan banjir khusunya DAS Citarum bisa terealisasi.

ternak Hasil pantauan tim di lapangan yang dilakukan sejak Senin (5/12/2017), kegiatan QW Agroforestri (wanatani) di beberapa wilayah Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Bandung Barat (KBB) mulai dari Sub-DAS Cirasea, Sub-DAS Cisangkuy dan  Sub-DAS Ciwidey, Sub-DAS Ciminyak dan Cihaur tampak berjalan baik, hasil kombinasi tanaman pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas serta peternakan terpelihara dan berkembang secara baik. Program yang dinilai efektif karena kental dengan keterkaitan pemeliharaan ekologi dan ekonomi masyarakat.

Selain tetap menjaga dan memelihara erosi serta kritis lahan hutan, para petani pun mampu menghidupi keluarganya dengan hasil tanaman komoditas dan peternakannya. Hal itulah yang memotivasi dan menggerakkan geliat semangat para petani kelompok untuk terus mengupayakan keseimbangan ekosistem namun juga bisa mempertahankan kelayakan hidup.

Salah satunya Kelompok Tani Agroforestry Puspa Tani yang berada di Desa Cilame Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung dengan wilayah tugas Sub DAS Ciwidey, secara lembaga siap memperkuat lembaganya dan terus mengembangkan program QW Agroforestry dengan memelihara fisik tanaman kayu-kayuan dan beberapa jenis tanaman komoditas dan peternakan di wilayah tugasnya.  Penanaman dan pemeliharaan berbagai jenis pohon telah dilakukan Kelompok Tani Agroforestri Puspa Tani diatas lahan seluas 25  Ha yang berada di area Blok Pasir Pamindangan Desa Cilame, Kec. Kutawaringin, Kab. Bandung.

dok
Foto Dokumen

Diungkapkan Ketua Kelompok Tani Agroforestery Puspa Tani, Kiki Somanteri penanaman yang dilakukannya sejak tahun 2015 merupakan rangkaian kegiatan program Quick Wins Agroforestry. Kegiatan hasil kerjasama dengan BPDAS Citarum-Ciliwung tersebut ditambahkannya sebagai upaya kelompoknya untuk memulihkan kembali pelestarian hutan yang kritis.

“Kami juga bertekad terus mengaktifkan lembaga kelompok tani agro selain juga melakukan  kerjasama dengan para kelompok tani agro khususnya di Kec. Kutawaringin umumnya di wilayah Sub DAS Ciwidey,” tuturnya.

Menurutnya, program QW Agroforestry mempunyai komponen pokok, diantaranya kehutanan, pertanian, serta peternakan dan lainnya yang berkaitan dengan pemulihan erosi serta keseimbangan ekosistem. Program tersebut, dinilainya sangat baik sebab secara bersamaan terjalin keseimbangan antara hubungan ekologi dan ekonomi.

“Secara ekologi, diwajibkan untuk menanam pohon. Dan di sisi ekonomi, kita diwajibkan melaksanakan tumpang sari dan memelihara ternak. Bahkan lebih dari itu, di sisi sosial kita dituntut dan diwajibkan untuk terus memperkuat kelembagaan kelompok. Maka dari situ kita banyak melakukan interaksi serta silaturahmi antar anggota dan kelompok lain yang berujung pada bagaimana kita melakukan terobosan-terobosan baru  pada program agroforestry ini,” ujarnya semangat.

Dituturkannya, dari program agroforestry di wilayahnya, manfaatnya sudah banyak dirasakan baik oleh kelompok maupun anggotanya. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan tarap hidup warga petani, mulai dari mendapatkan upah untuk penanaman pohon kayu-kayuan serta tanaman komoditas begitu pula hasil panennya. Ditambah lagi, pengembangbiakan ternak, menjadi salah satu pendapatan bagi kelompoknya.

Selain penanaman kayu-kayuan, diatas lahan seluas 25  Ha juga pihaknya bertanam pohon jagung, ubi jalar, umbi-umbian serta tanaman komoditas lainnya yang setiap pertiga bulannya menghasilkan panen. Begitu pula ternak serta siap juga memanen kayu-kayuan dengan tetap melakukan reboisasi guna mempertahankan tujuan awal yakni pemeliharaan kawasan hutan wilayah Sub DAS Ciwidey.

Di tempat terpisah, Kelompok Tani  Agroforestry Sangkan Hurip 1 Sub DAS Ciwidey yang berlokasi di Desa Cibodas Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung pun melakukan hal yang sama. Pengembangan program QW Agroforestry khusus di wilayahnya yakni budi daya tanaman kopi.

IMG20171210164116Diungkapkan Ketua Kelompok Tani  Agroforestri  Sangkan Hurip 1 Sub DAS Ciwidey,  Elan banyak dari kelompok agroforestry lainnya yang kerap menyambangi tempatnya sekedar untuk berbagi informasi, sharing terkait budidaya kopi serta pengelolaan dan pemanfaatannya. Baik mulai dari proses persemaian, penanaman, serta paska panen hingga pada tahap pengolahan yang sejauh ini dikelola oleh kelompoknya.

Sebelum bergulirnya program QW Agroforestry oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK)  melalui BPDAS Citarum-Ciliwung, diceritakannya, dirinya sudah sejak lama merintis dan menggarap di kawasan Blok Cisepan. Tepatnya sejak tahun 1991 dirinya berkutat guna melestarikan alam di blok Cisepan, bahkan ia mengalami bagaimana dahulu tanah di blok Cisepan tersebut sangat jauh dari subur mengingat tanahnya yang keras serta dipenuhi bebatuan. Namun dengan keuletan dirinya dibantu bersama warga setempat, ia akhirnya berhasil menata Blok Cisepan sesuai harapannya. Lalu gerakan Cisepan Hijau melalui kelompok Sangkan Hurip akhirnya terus ditumbuh kembangkan.

“Dengan adanya Program agroforestry, bisa terus mensejahterakan warganya, begitu pula lestari hutannya, dan aktif juga kelembagaannya. Dan kami secara terus menerus melakukan gerakan bersama warga untuk menanam pepohonan. Sebab dengan menanam satu  pohon saja mengandung oksigen untuk sekitar 7 orang, maka bila sekarang kita menanam sebanyak  400  pohon di area 1 HA lalu berapa ratus orang yang merasakan manfaat oksigennya? Begitu pula jika ditanam pohon untuk area 25 HA maka bisa terbayang bagaimana manfaat oksigen bagi keberlangsungan hajat hidup orang banyak,” tegasnya.

Selain wilayah Sub DAS Ciwidey, kawasan yang menjadi perhatian program QW Agroforestry berada di Sub DAS Cisangkuy salah satunya Kelompok Sumber Rezeki 3, yang berlokasi di Desa Patrolsari Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Desa Patrolsari sendiri merupakan salah satu desa yang berada di belahan lain kaki Gunung Malabar.

Desa yang berada di sudut selatan Kabupaten Bandung ini terdiri atas berbagai potensi alam serta kearifan lokal di masyarakatnya dengan adat khas masyarakat sunda pada umumnya yang kental dengan nuansa religiusitas, someah, serta seni budaya yang tetap mampu eksis dan bertahan tidak tergerus arus zaman.

pohon2Sementara itu, menanggapi program QW Agroforestry yang dilakukan Kelompok Sumber Rezeki 3, diungkapkan Kepala Desa Patrolsari, Agus Supriadi bahwa pihaknya sangat mendukung atas program yang berbasis pada kelestarian alam dan lingkungan serta dengan tetap memenuhi unsur kesejahteraan warganya. Dalam program itu selain menanam jenis pohon keras untuk memelihara keseimbangan ekosistem hutan, juga dilakukan penanaman jenis tanaman komoditas yang masa panennya tidak terlalu lama sehingga bisa dirasakan manfaatnya oleh kelompok tersebut.

“Kami selaku aparat desa khususnya Desa Patrolsari sangat mendukung langkah dan upaya pemerintah pusat menggiatkan program QW Agroforestry di wilayah kami termasuk apa yang selama ini dilakukan Kelompok Sumber Rezeki 3. Hal tersebut telah membantu banyak warga kami untuk meningkatkan taraf ekonominya termasuk pula menjaga kelestarian lingkungan di wilayah kami,” terang Agus belum lama ini.

Bukan hanya itu, dituturkan Agus Supriadi, di musim kemarau warga Kampung Pasirsari khususnya Rw 07 dengan jumlah jiwa sekitar 400 orang di wilayah Desa Patrolsari Kecamatan Arjasari sejauh ini mendambakan air bersih. Pasalnya dengan kondisi daerah dengan tebing terjal, sehingga warga Pasirsari kesulitan mendapatkan air bersih baik untuk minum maupun untuk kebutuhan sehari-hari.

Sementara itu, sambungnya, keberadaan sumber mata air Ciendog merupakan mata air yang menjadi harapan warga setempat, bahkan sejauh ini mata air Ciendog dipakai bukan hanya oleh warga Kampung Pasirsari namun oleh beberapa warga di RW sebelahnya.

“Maka itu, diharapkan dengan QW Agroforestry yang kini tengah digiatkan akan membantu terkait penyerapan air, sehingga bila musim kemarau tiba daerah kami tidak kekurangan air ditambah pula dengan dibuatnya sumur resapan air,” pungkasnya. (Red/Adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *