DAM Cipanunjang Menyusut, Imbasnya Pasokan Air Bagi Pelanggan Perumda Tirtawening Terganggu

Bandung Raya
Direktur Utama Perumda Tirtawening Kota Bandung, Sonny Salimi saat meninjau debit air di DAM Cipanunjang Kabupaten Bandung, Jumat (25/8/2023)

KAB. BANDUNG, KJ – Kemarau kering akibat adanya fenomena El Nino membuat DAM Cipanunjang dan Situ Cileunca di Kabupaten Bandung, yang menjadi cadangan pemasok sumber air baku Perumda Tirtawening Bandung, menyusut menjadi 16 meter dari ketinggian maksimal 22 meter.

Bahkan kini debit air yang biasa diolah dari DAM Cipanunjang serta Situ Cileunca yang berada di Desa Margaluyu, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung sebanyak 500 liter perdetik.

Tidak seperti biasanya dalam kondisi cuaca normal, Perumda Tirtawening mengolah air dari DAM Cipanunjang dan Situ Cileunca sebanyak 1400 hingga 1500 liter perdetik.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama Perumda Tirtawening Kota Bandung, Sonny Salimi saat meninjau debit air di DAM Cipanunjang Kabupaten Bandung, Jumat (25/8/2023). Debit air di DAM tersebut menurun hingga enam meter, dengan demikian dikhawatirkan akan mengganggu proses distribusi persediaan air bagi para pelanggan PDAM di Kota Bandung.

“Padahal jika dikonversi, 1000 liter perdetik ini sama dengan kebutuhan untuk melayani 100.000 pelanggan, karena 100 liter persetik itu sama dengan 100 pelanggan,” ujarnya kepada awak media.

Oleh karena itu, Sonny berharap agar masyarakat dapat memahami kesulitan Perumda Tirtawening dalam mendistribusikan air yang tinggal sedikit akibat fenomena alam El Nino ini. “Jadi hanya tinggal 30 persen lagi yang dapat kita olah dari system selatan,” ujarnya.

Dari tinjauan di sepanjang area menuju DAM Cipanunjang serta Situ Cileunca pun tampak kondisi persawahan serta perkebunan mengalami kekeringan. Kekeringan itu pula membuat produksi air bersih Perumda Tirtawening Kota Bandung terganggu, hingga diakui Sonny cukup khawatir terhadap kondisi saat ini. Pasalnya, beberapa sumber air baku untuk memenuhi produksi mulai menyusut.

Diakuinya, mengeringnya sumber air baku yang berakibat kapasitas berkurang, tentu saja berpengaruh terhadap produksi air bersih.

“Tentunya kami sangat menyesal tidak dapat memenuhi kebutuhan pasokan air karena kapasitas produksi kami yang terbatas sehingga pastinya pelayanan pasokan air minum di Kota Bandung dapat terganggu,” ujarnya.

Kendati demikian, sambung Sonny, pelayanan dalam kondisi rawan seperti ini bukan hanya melalui perpipaan yang tidak semua dapat terjangkau, tetapi untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pihaknya selalu menyiagakan mobil tangki selama 24 jam. Pihaknya siap memberikan bantuan kepada masyarakat bila memang membutuhkan pasokan air baku.

“Tangki biasa kami siagakan 24 jam. Ketika warga membutuhkan secara emergency, kami akan melayani setiap permohonan secara kelompok, tidak individual. Sebab dalam satu truk tanki dapat memenuhi 10 hingga 20 pelanggan,” pungkasnya. (Dede Muhlisin)